Pengembangan Instrumen Evaluasi Pembelajaran Tematik Berbasis HOTS (Higher order Thinking skill) dengan Penekanan Karakter
DOI:
https://doi.org/10.28926/briliant.v5i4.565Keywords:
Pengembangan, Instrumen Assesment, HOTSAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen asesmen kelas 4 tema 1. Indahnya kebersamaan berupa soal tes HOTS yang valid dan reliabel, dan mendeskripsikan kualitas soal tes HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang diadaptasi dari model pengembangan Borg & Gall, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut: penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba terbatas, revisi produk awal, uji coba lapangan, dan revisi produk akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen asesmen HOTS berupa soal tes HOTS yang terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal uraian dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa dinyatakan valid dan layak digunakan. Instrumen tersebut mempunyai koefisien reliabilitas sebesar 0,714 (soal pilihan ganda) dan sebesar 0,940 (soal uraian). Soal pilihan ganda memiliki rata-rata tingkat kesukaran 0,416 (sedang), rata-rata daya pembeda 0,328 (baik), dan semua pengecoh berfungsi baik. Soal uraian memiliki rata-rata tingkat kesukaran 0,363 (sedang) dengan rata-rata daya pembeda 0,518 (baik).References
Butkowski, J., Corrigan, C., Nemeth, T., & Spencer, L. (1994). Improving student higher order thinking skills in mathematics. Theses, Mathematics Education Research. Saint Xavier University-IRI, Field-Based Master’s Program
Conklin, W. (2012). Higher-order thinking skills to develop 21st century learners. Huntington Beach: Shell Educational Publishing, Inc
Cullinane, Alison dan Maeve Liston. (2011). Two-tier Multiple Choice Question: An Alternative Method of Formatif Assessment for First Year Undergraduate Biology Students. Limerick: NationalCenter for Excellence In Mathematics and Education Science Teaching and Learning (NCE-MSTL)
Henningsen, M., & Stein, M.K. (1997). Mathematical task and student cognition: classroom based factors that support and inhibit level mathematical thinking and resaoning. Journal for research in mathematics education, Vol. 28 No. 5. (Nov., 1997), pp.524-549.
Kartowagiran, B. 2014. “Pengembangan Instrument Pembelajaran di Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)”, (Online), Fakultas Teknik Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
King, JF; Goodson, Ludwika, dan Rohani, Faranak. (2010). Higher Order ThinkingSkills, Definition, Teaching Strategis, Assesment. A Publication of TheEducational Services Program. Tersedia di www.Cala.fsu.edu
Krathwohl. D.R, (2002) A Revision of Blom’s Taxonomy: An Overview. Journa: collefe of Educarion, The Ohio State University.
Mullis, I. V. S., Martin M. O., Foy P., & Arora A. (2012). TIMSS 2011 international results in mathematics. Boston: TIMSS & PIRLS International Study Center.
Nasional Council of Teacher of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Permendikbud 81A.Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Thompson, T. (2008). Mathematics teachers interpretation of higher-order hinking in bloom’s taxonomy. International Electronic Journal of Mathematics Education: Diambil pada tanggal 5 Agustus 2020, dari http://www.doaj.org.
Van de Walle, J. A. (2007). Elementary and middle schoolmathematics: teaching developmentally, (6th). United States of America: Pearson Education, Inc.
Lewis, A & Smith, D. (2009). Defining HigherOrder Thinking. Theory Into Practice,32(3), 131-137
Resnick, L. B. (1987). Education and learning to think. Washington, D.C: National Academy Press.